Dalam ranah psikologi, move on didefinisikan sebagai proses melepaskan diri dari ikatan emosional dengan masa lalu
Apa artinya Move on ? Move on adalah proses melepaskan diri dari ikatan emosional dengan masa lalu, baik itu pengalaman positif maupun negatif, yang melibatkan pengolahan emosi, rekonstruksi kognitif pemahaman tentang masa lalu, dan integrasi pengalaman ke dalam identitas diri.
Move on, sebuah frasa yang sering didengar, namun maknanya kompleks dan memiliki dimensi psikologis yang mendalam. Dalam ranah psikologi, move on didefinisikan sebagai proses melepaskan diri dari ikatan emosional dengan masa lalu, baik itu pengalaman positif maupun negatif. Proses ini melibatkan berbagai aspek psikologis, termasuk:
Move on dimulai dengan pengolahan emosi yang terkait dengan pengalaman masa lalu. Ini termasuk mengakui, menerima, dan memproses berbagai emosi yang muncul, seperti kesedihan, kemarahan, kekecewaan, atau penyesalan.
Penelitian menunjukkan bahwa penekanan atau pengabaian emosi dapat memperpanjang proses move on dan menghambat kesehatan mental. Oleh karena itu, penting untuk menghadapi emosi dengan cara yang sehat dan konstruktif.
Setelah memproses emosi, langkah selanjutnya adalah merekonstruksi kognitif pemahaman tentang masa lalu. Ini berarti mengevaluasi ulang pengalaman dengan mempertimbangkan perspektif yang lebih luas dan objektif.
Penting untuk melepaskan diri dari pemikiran negatif dan distorsi kognitif yang dapat memperkeruh penilaian dan menghambat move on. Rekonstruksi kognitif membantu membangun narasi baru tentang masa lalu yang lebih seimbang dan konstruktif.
Tahap akhir move on adalah mengintegrasikan pengalaman masa lalu ke dalam identitas diri. Ini berarti menerima masa lalu sebagai bagian dari perjalanan hidup, tanpa membiarkannya mendefinisikan diri sepenuhnya.
Penelitian menunjukkan bahwa integrasi pengalaman masa lalu meningkatkan ketahanan dan self-esteem. Individu yang mampu mengintegrasikan masa lalunya lebih siap untuk menghadapi tantangan di masa depan dan membangun kehidupan yang lebih positif.
Proses move on dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang dapat dikategorikan menjadi dua kelompok utama: faktor internal dan eksternal.
Proses move on setelah mengalami suatu peristiwa traumatis atau masa lalu yang menyakitkan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor internal individu itu sendiri. Faktor-faktor ini memegang peranan kunci dalam menentukan seberapa mudah atau sulitnya seseorang dapat melepaskan diri dari belenggu masa lalu dan melangkah maju menuju kehidupan yang lebih cerah.
Salah satu faktor utama adalah kepribadian. Individu dengan kepribadian yang lebih terbuka, fleksibel, dan optimis cenderung lebih mampu menerima perubahan dan melihat peluang baru di masa depan. Mereka tidak terjebak dalam pola pikir yang kaku dan mampu beradaptasi dengan lebih mudah. Sebaliknya, individu dengan kepribadian yang kaku, pesimis, dan sulit menerima perubahan akan mengalami kesulitan yang lebih besar dalam proses move on.
Selanjutnya, kesehatan mental juga berperan penting. Gangguan seperti depresi, kecemasan, atau trauma pascaperistiwa dapat membuat individu terus terjebak dalam perasaan negatif dan mengalami kesulitan untuk memproses emosi dengan sehat. Individu dengan kondisi mental yang baik cenderung lebih mampu mengatur emosi, memaknai pengalaman masa lalu dengan lebih objektif, dan membangun narasi hidup yang konstruktif.
Faktor internal lain yang tak kalah penting adalah self-esteem atau harga diri. Individu dengan self-esteem yang tinggi merasa lebih percaya diri dalam kemampuan diri sendiri untuk menghadapi tantangan dan membangun kehidupan yang lebih baik. Sebaliknya, self-esteem yang rendah dapat membuat seseorang merasa tidak berdaya, tidak mampu, dan kehilangan harapan untuk bergerak maju.
Kepribadian, kesehatan mental, dan self-esteem saling berkaitan erat. Individu dengan kepribadian yang sehat, kondisi mental yang baik, dan harga diri yang tinggi cenderung lebih resilien dalam menghadapi kesulitan hidup. Mereka lebih mampu mengelola emosi negatif, menemukan makna positif dari pengalaman traumatis, dan memandang masa depan dengan optimisme.
Dalam proses move on, faktor-faktor internal ini berperan sebagai pondasi yang memungkinkan individu untuk memproses pengalaman masa lalu dengan sehat, melepaskan diri dari belenggu trauma, dan mengembangkan perspektif baru yang lebih konstruktif. Dengan fondasi yang kuat ini, individu akan lebih siap untuk merangkul perubahan, menerima bantuan dari lingkungan sekitar, dan akhirnya berhasil move on menuju kehidupan yang lebih bahagia dan bermakna.
Meskipun faktor internal seperti kepribadian, kondisi mental, dan harga diri sangat berperan dalam proses move on, faktor-faktor eksternal atau lingkungan sekitar juga memiliki pengaruh yang tidak kalah penting. Dukungan sosial, strategi koping, dan tingkat trauma yang dialami dapat menjadi faktor penentu seberapa lancar atau terhambatnya seseorang dapat melepaskan belenggu masa lalu.
Dukungan sosial dari orang-orang terdekat seperti keluarga dan teman-teman memainkan peran krusial. Memiliki lingkaran pendukung yang kuat dapat memberikan rasa aman, diterima, dan dicintai bagi seseorang yang sedang berupaya melakukan move on. Pada saat individu mengalami guncangan emosi atau keraguan, kehadiran orang-orang yang mendukung dapat menjadi kekuatan yang memotivasinya untuk terus melangkah maju. Sebaliknya, kurangnya dukungan sosial dapat membuat proses move on terasa sangat berat dan menyendiri.
Selain itu, strategi koping atau mekanisme penanganan masalah yang diadopsi juga turut memberi pengaruh. Strategi koping yang sehat seperti meditasi, menuliskan jurnal, berolahraga, atau melakukan hobi dapat membantu individu untuk memproses emosi dengan lebih baik dan memelihara kesehatan mentalnya selama proses move on berlangsung. Sebaliknya, strategi koping yang tidak sehat seperti penyalahgunaan obat-obatan atau alkohol, atau terus-menerus menghindari masalah justru akan memperparah kondisi dan memperpanjang fase move on.
Faktor eksternal lain yang berpengaruh adalah tingkat trauma atau pengalaman menyakitkan yang harus dihadapi. Semakin besar trauma yang dialami, seperti kehilangan orang yang sangat dicintai, kekerasan, atau peristiwa mengancam jiwa, semakin besar pula tantangan untuk dapat move on. Dalam kasus trauma berat, individu seringkali membutuhkan intervensi khusus seperti terapi EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing) untuk membantu memproses pengalaman traumatis tersebut dengan lebih efektif. Tanpa penanganan yang tepat, trauma berat dapat memicu masalah kesehatan mental seperti PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder) yang dapat sangat mempersulit proses move on.
Jadi, meskipun faktor internal adalah pondasi penting, dukungan sosial, strategi koping, dan tingkat trauma juga memegang peranan krusial dalam menentukan seberapa lancar seseorang dapat melepaskan belenggu masa lalu dan memulai kehidupan baru yang lebih cerah. Kombinasi faktor internal dan eksternal yang positif akan sangat membantu dalam mempercepat proses move on secara sehat dan berkelanjutan.
Faktor internal dan eksternal saling terkait dan berinteraksi satu sama lain dalam memengaruhi proses move on. Individu dengan kepribadian yang tangguh dan dukungan sosial yang kuat mungkin lebih mudah move on dari trauma dibandingkan dengan individu yang memiliki kepribadian yang rapuh dan dukungan sosial yang lemah.
Pentingnya Memahami Faktor-faktor yang Mempengaruhi Move On:
Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi move on dapat membantu individu untuk mengembangkan strategi yang efektif untuk melepaskan diri dari masa lalu dan membangun kehidupan yang lebih positif dan bahagia.
Move on adalah proses psikologis yang kompleks yang melibatkan pengolahan emosi, rekonstruksi kognitif, dan integrasi pengalaman. Faktor-faktor seperti kepribadian, dukungan sosial, strategi koping, dan trauma dapat memengaruhi proses ini.
Memahami proses move on dari perspektif psikologi dapat membantu individu untuk mengembangkan strategi yang efektif untuk melepaskan diri dari masa lalu dan membangun kehidupan yang lebih positif dan bahagia.
Penting untuk diingat bahwa move on bukanlah proses yang linear atau instan. Ini membutuhkan waktu, usaha, dan kesabaran. Individu yang berjuang untuk move on sendiri disarankan untuk mencari bantuan profesional dari terapis atau konselor.